Mengintip Kesuksesan Desa Panglipuran dalam Mempertahankan Predikat Desa Terbersih

  • Jun 23, 2023
  • Webadmin Desa Glesungrejo, Baturetno, Baturetno

Desa Panglipuran tidak asing di kalangan pelancong, baik lokal maupun internasional. Desa yang berjarak 60 KM dari Bandara I Gusti Ngurah Rai telah berhasil menarik banyak wisatawan. Menurut informasi dari Kepala desa setempat ketika memberikan keterangan di Balai Pertemuan Desa Panglipuran, 02/06/2023, selama tahun 2018-2019 telah mendapatkan income sebanyak 5 M, yang dibagi 40% untuk Pemda dan 60% untuk pemerintah desa. Oleh sebab itu, Ketika terjadi wabah Covid 19 warga desa tidak khawatir akan kebutuhan pangan, sebab sudah disubsidi dari hasil PAD Panglipuran.

Lalu apa yang menjadi daya Tarik desa ini? Secara umum desa yang berada di ketinggian 600-650 dibawah permukaan air laut tersebut sama dengan desa-desa lain yang berada di pulau Dewata, seperti dari segi tata pemerintahan yang mayoritas berbasis adat, lingkungan alam yang asri dan kentalnya culture adat setempat. Namun yang menjadi pembeda adalah dalam hal kebersihan.

Desa yang terletak di kabupaten Bangli ini telah berhasil menyabet berbagai gelar sebagai desa terbersih, tidak hanya tingkat nasional bahkan internasional. Julukan tersebut didukung bermacam-macam penghargaan yang di dapat di bidang lingkungan dan pariwisata, mulai dari Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) pada tahun 2017, hingga masuk ke dalam Sustainable Destinations Top 100 menurut Green Destinations Foundation tahun 2019 yang menempati urutan ketiga dunia.

Kapala Desa memaparkan kepada peserta Study Banding Perangkat Desa se-Kecamatan Baturetno (Jum'at, 2 Juni 2023) bahwasanya prestasi desa di dapat tidak hanya secara spontan. Semisal, jika ada program tertentu, baru di geber. Tidak seperti itu, sebab jika kebersihan tersebut dilaksanakan ketika akan mengikuti sebuah kompetisi saja, maka ada kecenderungan bahwasanya ketika ada lomba saja keadaan bagus, sehingga terlihat mentereng. Namun setelah lomba usai, usai pula kegiatannya. Kemudian lanjut beliau bahwasanya proses menjadi desa terbersih itu salah satu kuncinya datang dari bawah, yang artinya kegiatan tersebut datang dari masyarakat, sudah menyatu dan menjadi adat-istiadat penduduk Panglipuran.

Salah satu adat yang masih dijunjung tinggi oleh warga setempat adalah setiap pagi perempuan dewasa atau ibu-ibu di desa panglipuran sebelum memulai aktifitas sehari-hari mereka bersih-bersih rumah. Dianggap aib apabila warga desa tidak membersihkan lingkungan rumahnya sehingga tampak penuh rumput dan sampah. Termasuk juga melanggar hukum adat tatkala ada warga yang membuang sampah sembarangan. Setiap 30 meter ada tempat sampah oleh karenanya tidak ada alasan untuk membuang sampah di sembarang tempat. Adapun untuk tempat-tempat umum, maka warga Panglipuran rutin bergotong-royong setiap bulan dalam membersihkan desa.

Hal menarik lain di desa yang mempunyai luas lahan 112 hektar ini adalah ketika warga desa ada yang merenovasi rumah, maka akan di subsidi dari pemerintah desa. Dengan rincian jika itu berkaitan dengan Gapura, tempat ibadah atau rumah bagian depan maka akan diberikan subsidi sebesar sepuluh juta rupiah, kemudian terkait ruang hunian atau rumah bagian tengah dan dapur maka akan diberikan subsidi sebesar lima juta rupiah. Tentu pengerjaannya pun dilakukan secara gotong-royong oleh warga. Pada dasarnya, predikat sebagai desa terbersih datang dari dalam diri setiap warga bukan hanya saat mengikuti sebuah program ataupun lomba saja.